PEMBAHASAN
A.
Pengertian Pendekatan Pembelajaran
Depdikbud
pendekatan dapat diartikan “sebagai proses, perbuatan atau cara untuk mendekati
sesuatu.”Menurut Suharno bahwa pendekatan pembelajaran dapat
diartikan model pembelajaran,.
Menurut
H.J Gino, bahwa pembelajaran atau instruksion merupakan usaha sadar dan
disengaja oleh guru untuk membuat siswa belajar dengan tujuan mengaktifkan
factor intern dan factor ekstern dalam belajar.Sukintaka berpendapat bahwa
pembelajaran mengandung pengertian bagaimana para guru mengajarkan sesuatu
kepada peserta didik ,tetapi disamping itu juga terjadi pristiwa bagaimana
siswa didik mempelajarinya.
Berdasarkan
pengertian pendekatan pembelajaran tersebut dapat disimpulkan bahwa, pendekatan
pembelajaran merupakan cara kerja mempunyai system untuk memudahkan pelaksanaan
proses pembelajaran dan membelajarkan siswa guna membantu dalam mencapai tujuan
yang ditetapkan. Sesuai
dengan pendapat Wahjoedi, bahwa pendekatan pembelajaran adalah cara mengelola
kegiatan belajar dan prilaku siswa agar ia dapat aktif melakukan tugas belajar
sehingga dapat memperoleh hasil belajar secara optimal.
Pendekatan
pembelajaran dapat berarti acuan pembelajaran yang berusaha meninggatkan
kemampuan-kemampuan kognitif, afektif dan psikomotor siswa sehingga tercapai
tujuan belajar.[1]
B.
Jenis-jenis Pendekatan Dalam
Pembelajaran
Ada berbagai jenis pendekatan dalam proses mengajar,
antara lain :
1.
Pendekatan Individual
Dalam
kegiatan belajar mengajar seurang guru sering melihat peserta didiknya belajar
dengan gaya yang berbeda-beda. Perilaku mereka juga bermacam-macam, cara
mengemukakan pendapat, cara berpakaian, daya serap, tingkat kecerdasan dan
sebagainya, selalu ada variasinya. Masing-masing anak didik memponyai
karakteristik tersendiri yang berbeda dari satu anak didik dengan anak didik
lainnya.
Perbedaan
individual anak didik tersebut memberikan wawasan kepada guru bahwa setrategi
pembelajaran harus memperhatikan perbedaan anak didik pada aspek individual
ini. Dengan kata lain, guru harus melakukan pendekatan individual dalam
strategi belajar mengajarnya. Bila tidak, maka strategi belajar tuntas atau
mastery learning yang menuntut penguasaan penuh kepada anak didik tidak akan
pernah menjadi kenyataan. Paling tidak dengan pendekatan individualdapat
diharapkan kepada anak didik denagan tingkat penguasaan optimal.
Pendekatan
individual mempunyai arti yang sangat penting bagi kepentingan pengajaran.
Pengolahan kelas sangat memerlukan pendekatan individual ini. Pemilihan metode
tidak bisa begitu saja mengabaikan kegunaan pendekatan individual ini, sehingga
guru dalam melaksanakan tugasnya selalu saja melakukan pendekatan individual
terhadap anak didik di kelas. Persoalan kesulitan belajr anak lebih muda
dipecahkan dengan menggunakan pendekatan individual, walaupunsuatu saat
pendekatan kelompok diperlukan.
2.
Pendekatan Kelompok
Dalam
kegiatan belajar mengajar terkadang ada juga guru yang menggunakan pendekatan
lain, yakni pendekatan kelompok. Pendekatan kelompok memang suatu waktu
diperlukan dan pelu digunakan untuk membina dan mengembangkan sikap
sosial anak didik. Hal ini disadari bahwa anak didik adalah sejenis makhluk
homo secius, yakni makhluk yang berkecendrungan untuk hidup bersama.
Dengan
pendekatan kelompok, diharapkan dapat ditumbuh kembangkan rasa sosial yang
tinggi pada diri setiap anak didik. Mereka dibina untuk mengendalikan rasa
egois yang ada dalam diri mereka masing-masing, sehingga terbina sikap
kesetiakawanan sosial dikelas. Tentu saja sikap ini pada hal-hal yang baik
saja. Mereka sadar bahwa hidup ini saling ketergantungan, seperti ekosistem
dalam mata rantai kehidupansemua makhluk hidup di dunia. Tidak ada makhluk
hidup yang terus menerus berdiri sendiri tanpa keterlibatan makhluk lain,
langsung atau tidak langsung, disadari atau tidak, makhluk lain itu ikut ambil
bagian dalam kehidupan makhluk tertentu.
Anak didk
dibiasakan hidup bersama, bekerja sama dalam kelompok, akan menyadari bahwa
dirinya ada kekurangan dan kelebihan. Yang mempunyai kelebihan dengan ikhlas
mau membantu mereka yang memponyai kekurangan. Sebaliknya, mereka yang
mempunyai kekurangan dengan rela hati mau belajar dari mereka yang mempunyai
kelebihan. Tanpa ada rasa minder. Persaingan yang positif pun terjadi dikelas
dalam rangka untuk mencapai prestasi belajr yang optimal. Inilah yang
diharapkan, yakni anak didik yang aktif, kreatif, dan mandiri.
Ketika
guru akan menggunakan pendekatan kelompok, maka guru harus sudah
mempertimbangkan bahwa ahl itu tidak bertentangan dengan tujuan, fasilitas
belajar pendukung, metode yang akan dipakai sudah dikuasai, dan bahan yang akn
diberiakan kepada anak didik memang cocok didekati dengan pendekatan kelompok.
Karena itu, pendekatan kelompok tidak bisa dilakukan secara sembarangan, tetapi
harus memnpertimbangkan hah-hal yang ikut mempengaruhi penggunaannya.
Dalam
pengolahan kelas, terutama yang berhubungan dengan penempatan anak didik,
pendekatan kelompok sangat diperlukan . Perbedaan individual anak didik, pada
aspek biologis, intelektual, dan psikologis dijadikan sebagai pijakan dalam
melakukan pendekatan kelompok.
3.
Pendekatan Bervariasi
Ketika
guru dihadapkan kepada permasalahan anak didik yang bermasalah, maka guru akan
berhadapan dengan permasalahan yang bervariasi. Setiap masalah yang dihadapi
oleh anak ddidik tidak selalu sama, terkadang ada perbedaan.
Dalam
belajar, anak didik mempunyai motivasi yang berbeda. Pada satu sisi anak didik
mempunyai motivasi yang rendah, tetapi pada saat lain anak didik mempunyai
motivasi yang tinggi. Anak didik yang satu bergairah belajar, anak didik yang
lain kurang bergairah belajar. Sementara sebagian besar anak belajar, satu atau
dua orang ank tidak ikut belajar. Mereka duduk dan berbicara
(berbincang-bincang) satu sama lain tentang hal-hal lain yang terlepas dari
masalah pelajaran.
Dalam
mengajar, guru yang hanya menggunakan satu metode biasanya sukar menciptakan
suasana kelas yang kondusif dalam waktu yang relatif lama. Bila terjadi
perubahan suasana kelas, sulit menormalkannya kembali. Ini sebagai ada tandanya
gangguan dalam proses belajar mengajar. Akibatnya, jalannya pelajaran menjadi
kurang efektif, efisiensi, dan efektivitas pencapaian tujuan pun jadi
terganggu. Disebabkan anak didik kurang mampu berkonsentrasi.metode yang hanya
satu-satunya dipergunakan tidak dapat diperankan, karena memang gangguan itu
terpangkal dari kelemahan metode tersebut. Karena itu, dalam mengajar
kebsnysksn guru menggunakan beberapa metode dan jarang sekali menggunakan satu
metode.
Permasalahan
yang dihadapi oleh setiap anak didik bervariasi, maka pendekatan yang digunakan
pun akan lebih tepat dengan pendekatan bervariasi pula.Pendekatan bervariasi
bertolak dari konsepsi bahwa permasalahan yang dihadapi oleh setiap anak didik
dalam belajar bermacam-macam. Kasus yang biasanya muncul dalam penagajaran
dengan berbagai motif, sehingga diperlukan variasiteknik pemecahan untuk setiap
kasus. Maka kiranya pendekatan bervariasi inisebagai alat yang dapat guru
gunakan untuk kepentingan penagajaran.
4.
Pendekatan Edukatif
Apapun
yang guru lakukan dalam pendidikan dan pengajaran dengan tujuan untuk mendidik,
bukan karena motif-motif lain, seperti karena dendam, karena gengsi, karena
ingin ditakuti dan sebagainya.
Anak didik
yang telah melakukan kesalahan, yakni membuat keributan didalam kelas ketika
guru sedang memberikanpelajaran, misalnya, tidak tepat diberi sanksi hukum dengan
cara memukul badannya sehingga luka atau cidera. Hal ini adalah sanksi hukum
yang tidak bernilai pendidikan. Guru telah melakukan sankst hukum yang salah.
Guru telah menggunakan teori power, yakni teori kekuasaan untuk
menundukkan orang lain. Dalam pendidikan, guru akan kurang arif dan bijaksana
bila menggunakan kekuasaan. Karena hal itu bisa merugikan pertumbuhan dan perkembangan
kepribadian anak didik. Pendekatan yang benar bagi guru adalah dengan melakukan
pendekatan edukatif. Setiap tindakan dan perbuatan yang dilakukan guru harus
bernilai pendidikan dengan tujuan untuk mendidik anak didik agar agar
menghargai norma hukum, norma susila, norma sosial dan norma agama.
Cukup
banyak sikap dan perbuatan yang harus guru lakukan untuk menanamkan nilai-nilai
kebaikan kepada anak didik. Salah satu contohnya, misalnya, ketika lonceng
tanda masuk kelas telah berbunyi, anak-anak jangan dibiarkan masuk dulu, tetapi
suruhlah mereka berbaris di depan pintu masuk dan perintahkanlah ketua kelas
untuk mengatur barisan. Semua anak perempuan berbaris dalam kelompok
sejenisnya. Demikian juga semua anak laki-laki, berbaris dalam kelompok sejenisnya.
Jadi, berisan dibentuk menjadi dua dengan pandangan terarah kepintu masuk. Di
sisi pintu masuk guru berdiri sambil mengontrol bagaimana anak-anak berbarisdi
depan pintu masuk kelas. Semua anak di persilahkan masuk oleh ketua kelas.
Mereka pon satu persatu masuk kelas, merka satu persatu menyalami guru. Semua
anak-anak masuk dan pelajaran pun dimulai.
Contoh
diatas menggambarkan pendekatan edukatif yang di lakukan telah oleh guru dengan
menyuruh anak didik berbaris di depan pintu masuk kelas. Guru telah meletakkan
tujuan untuk mwmbina watak anak didik dengan pendidikan akhlak yang mulia.
Kasuistis
yang terjadi di sekolah biasanya tidak hanya satu, tetapi bermacam-macam jenis
dan tigkat kesukarannya. Hal ini menghendaki pendekatan yang tepat. Berbagai kasus
yang terjadi selain dapat di ndekati dengan pendekatan individual, pendekatan
kelompok, dan juga pendekatan kelompok. Namun yang penting untuk di ingat
adalah bahwa pendekatan individual harus bedampingan dengan pendekatan
edukatif. Pendekatan kelompok harus berdampingan dengan pendekatan edukatif,
dan pendekatan bervariasi harus berdampingan dengan pendekatan edukatif. Dengan
demikian, semua pendekatan yang dilakukan oleh guru harus bernilai edukatif,
denagn tujuan mendidik.
Selain
berbagai pendekatan yang telah di sebutkan diatas, ada lagi
pendekatan-pendekatan lain. Berdasarkan kurikulum atau Garis-garis Besar
Program Pengajaran (GBPP) Pendidikan Agama islam SLTP tahun 1994 disebutkan lima
macam pedekatan untuk pendidikan agama islam, yaitu pendekatan
pengalaman, pendekatan pembiasaan, pendekatan emosional, pendekatan rasioanal,
dan pendekaran fungsional.
Kelima
macam pendekatan ini diajukan, karena pendidikan agama islam disekolah
umum dilaksanakan melalui kegiatan intra dan ekstra kurikuler yang satu sama
lainnya saling menunjang dan saling melengkapi. Kelima pendekatan tersebut
dijelaskan sebagai berikut :
5.
Pendekatan pengalaman
Experience
is the best teacher,
pengalaman adalah guru yang baik. Pengalaman adalah guru yang bisu yang tak
pernah marah. Pengalaman adalah guru yang tanpa jiwa, namun selalu dicari oleh
siapapun juga. Meskipun pengalaman diperlukan dan selalu dicari selama hidup,
namun tidak semua pengalaman dapat bersifat mendidik (educative experience).
Karena ada pengalaman yang tidak bersifat mendidik. Suatu pengalaman dikatakan
tidak mendidik, jika guru tidak membawa anak kearah tujuan pendidikan, akan
tetapi menyelewengkan dari tujuan itu, misalnya “mendidik anak menjadi
pencopet”. Karena itu ciri-ciri pengalaman yang edukatif adalah berpusat pada
suatu tujuan yang berarti bagi anak, kontinu dengan kehidupan anak, interaktif
dengan lingkungan, dan menambah integrasi anak.
Pembiasaan adalah alat pendidikan. Yang sangat penting bagi anak yang masih
kecil.dikarena kan pembiasaan itu suatu aktivitas pada anak dikemudian
hari. Pembiasaan yang baek akan membentuk sosok kepribadian manusia yang baek
juga dan sebaliknya pembiasaan yang buruk akan membentuk sosok kpribadian
manusia yang buruk. Begitulah biasanya yang terlihat dan terjadi pada diri
seseorang. Dikarenakan didalam kehidupan bermasyakat dan kepribadian ini selalu
ada betentangan dan sering terjadi konflik .
6.
Pendekatan Pembiasaan
Pembiasaan
adalah alat pendidikan. Yang sangat penting bagi anak yang masih kecil.dikarena
kan pembiasaan itu suatu aktivitas pada anak dikemudian hari. Pembiasaan
yang baek akan membentuk sosok kepribadian manusia yang baek juga dan
sebaliknya pembiasaan yang buruk akan membentuk sosok kpribadian manusia yang
buruk. Begitulah biasanya yang terlihat dan terjadi pada diri seseorang.
Dikarenakan didalam kehidupan bermasyakat dan kepribadian ini selalu ada
betentangan dan sering terjadi konflik.
Cara
berfikir anak kecil tidak sama dengan anak dewasa yang berfikir abstrak. Anak
kecil hanya berfikir konkrit. Contoh anak kecil sukar barfikir kata benda yang
abstrak.anak kecil memang belu mempunyai kewajiban tetapi dia sudah mempunyai
hak, seperti hak dipelihara, hak dilindungi, hak diberi makanan yang bergizi,
dan hak mendapatkan pendidikan. Salah satu cara untuk memberikan hak
dalam bidang pendidikan dengan cara memberikan kebiasaan yang baik dalam
kehidupan mereka. Dalam kebiasaan-kebiasaan itu anak akan terbiasa menurut dan
mentaati peraturan. Menanamkan kebiasaan yang baik memang tidak mudah dan
memakan waktu yang lama. Pada awl kehidupan anak tanamkanlah kebiasaan yang
baik dan jangan sekali-kali mendidik anak yang tidak baik contoh berdusta,
tidak disiplin, suka berkelahi dan sebagainya. Tanamkanlah pada anak kebiasaan
ikhlas contoh melakukan puasa, menolong pada orang yang kesukaran, melakukan
sholat lima waktu. Bertolak dari pendidikan kebiasaan itulah yang menyebabkan
kebiasaan sabagai pendekatan pembiasaan.
7.
Pendekatan Emosional
Emosi
adalah gejala kejiwaan yang ada dalam diri seseoarang. Emosi yang berhungan
dengan masalah perasaan. Semua orang mempunyai perasaan baik perasaan jasmaniah
maupun rohaniah.
Perasaan
bagi manusia pada umumnya adalah dapat menyesuaikan diri denagn keadaan alam
sekitar. Orang yang emosional adalah orang yang mudah tergugah perasaannya.
Misalnya, menonton film adegan sedih, seseorang akan menangis atau sedih.
Emosional
atau perasaan adalah suatu yang peka. Emosi akan memberi tanggapan (respons)
bila ada rangsangan (stimulus) dari luar diri seseorang . baik rangsangan
verbal maupun nonverbal. Rangsangan verbal itu misalnya ceramah, cerita,
sindiran, pujian, ejekan, berita, peritah dan sebagainya. Sedangkan rangsangan
nonverbal dalam bentuk perilaku berupa sikap dan perbuatan.
Emosi
mempunyai peranan yang sangat penting dalam kepribadian seseorang. Itulah
sebabnya pendekatan emosinal yang berdasarkan emosi atau perasaan yang
dijadikan sebagai salah satu pendekatan dalam pendidikan dan pengajaran. Dengan
pendekatan ini diusahakan selalu mengembangkan perasaan keagamaan siswa agar
bertambah kuat keyakinannya akan kebesaran Allah SWT dan kebenaran ajaran
agamanya.
8.
Pendekatan Rasional
Manusia
adalah makhluk yang diciptakan Allah SWT yang sempurna. Yang berbeda dengan
makhluk lainnya. Perbedaannya pada akal. Manusia mempunyai akal sedangkan
mahluk lainnya seperti hewan tidak menpunyai akal.
Manusia
bisa membedakan mana perbuatan yang baik dan mana yang buruk. Sedangkan makhluk
lainnya seperti binatang tidak bisa membedakan mana yang baik dan mana yang
buruk. Walaupun keterbatasan akal untuk memikirkan dan memecahkan tetapi bahwa
akal itu dapat dicapai ketinggian ilmu pengetahuan.
Akal atau
rasio memang mempunyai potensi untuk menaklukan dunia. Sebaiknya akal dijadikan
alat untuk membuktikan kebenaran ajaran-ajaran agama.agar keyakinan yang dianut
bertambah kokoh, Keampuhan akal rasio dijadikan pendekatan yang disebut
pendekatan rasional .
9.
Pendekatan Fungsional
Ilmu
pengetahuan yang dipelajari oleh anak disekolah bukan hanya sekedar pengisi
otak, tetapi diharapkan berguna bagi kehidupan anak, baik sebagai individu
maupun sebagai makhluk sosial. Anak dapat memanfaatkan ilmunya untuk kehidupan
sehari-hari sesuai dengan tingkat perkembangannya. Anak dapat merasakan manfaat
dari ilmu yang didapatnya disekolah.anak mendayagunakan nilai guna dari suatu
ilmu untuk kepentingan hidupnya.maka nilai ilmu sudah fungsional didalam diri
anak.
Pendekatan
fungsional yang diterapkan disekolah diharapkan dapat menjambatani harapan
tersebut.guna untuk memperlicin kearah yang sama.
Dalam hal
ini ada beberapa metode mengajar, antar lain adalah metode latihan, pemberian
tugas, ceramah, tanya jawab, dan sebagainya.
10.
Pendekatan Keagamaan
Pendidikan
dan pelajaran disekolah tidak hanya memberikan satu atau dua macam mata
pelajaran, tetapi terdiri dari banyak mata pelajaran.dalam prateknya tidak
hanya digunakan satu, tetapi bisa juga penggabungan dua atau lebih pendekatan.
Dengan
penerapan prinsip-prinsip mengajar seperti prinsip korelasi dan sosialisasi,
guru dapat menyisipkan pesan-pesan keagamaan untuk semua mata
pelajaran.khususnya untuk mata pelajaran umum sangat penting dengan pendekatan
keagamaan. Hal ini dimaksudkan agar nilai budaya ini tidak sekuler, tetapi
menyatu dengan nilai agama. Tentu saja guru harus menguasai ajaran-ajaran agama
yang sesuai dengan mata pelajaran yang dipegang. Mata pelajaran biologi,
misalnya, bukan terpisah dari masalah agama,tetapi ada hubunganya. Persoalan
nya sekarng terletak mau atau tidaknya guru mata pelajaran tersebut.
Pendekatan
agama dapat membantu guru untuk memperkecil kerdilnya jiwa agama didalam diri
siswa, agar nilai-nilai agamanya tidak dicemoohkan dan dilecehkan, tetapi
diyakini, dipahami,dihayati dan diamalkan secara hayat siswa dikandung badan.
11.
Pendekatan kebermaknaan
Bahasa
adalah alat untuk menyampaikan dan memahami gagasan pikiran, pendapat, dan
perasaan, secara lisan atau tulisan. Bahasa inggris bahasa asing yang pertama
di indonesia yang dianggap penting untuk tujuan penyerapan dan pengembangan
ilmu pengetahuan. Kegagalan penguasaan bahasa inggris oleh siswa salah satu
sebabnya kurang tepatnya pendekatan yang digunakan oleh guru selain faktor lain
seperti faktor sejarah, fasilitas, dan lingkungan serta kompetensi guru itu
sendiri. Ada beberapa konsep penting yang menyadari pendekatan ini
sebagai berikut :
·
Bahasa
merupakan alat untuk mengungkapkan makna yang diwujudkan melalui struktur (
tata bahasa dan kosa kata).
·
Makna ditentukan oleh lingkup kebahasaan maupun lingkup
situasi yang merupakan konsep dasar dalam pendekatan kebermaknaan pengajaran
bahasa yang natura.
·
Makna dapat diwujudkan melalui kalimat yang berbeda, baik
secara lisan maupun tertulis. Suatu kalimat dapat mempunyai makna yang berbeda
tergantung pada situasi saat kalimat digunakan.
·
Belajar bahasa asing adalah belajar berkomunikasi melalui
bahasa tersebut, sebagai bahasa sasaran, baik secara lisan maupun tertulis.
Belajar berkomunikasi ini perlu didukung oleh pembelajaran unsur-unsur bahasa
sasaran.
·
Motivasi belajar siswa merupakan faktor utama yang menentukan
keberhasilan belajarnya. Kadar motivasi ini banyak ditentukan oleh kadar
kebermaknaan bahan peljaran dan kegiatan pembelajaran siswa yang bersangkutan.
·
Bahan
pelajaran dan kegiatan pembeljaran menjadi lebih penting bermakna bagi siswa
jika berhubungan dengan kebutuhan siswa yang berkaitan dengan pengalaman,
minat, tata nilai, dan masa depannya.
·
Dalam proses belajar mengajar siswa merupakan subjek utama,
tidak hanya sebagai objek belaka. Karena itu, ciri-ciri dan kebutuhan mereka
harus dipertimbangkan dalam segala keputusan yang berkaitan dengan pengajaran.
·
Dalam proses belajar mengajar guru berperan sebagai
fasilitator yang membantu siswa mengembangkan ketrampilan berbahasanya.[2]
C.
Tipe-tipe Dalam Pembelajaran
1)
Pendekatan Kontekstual
Pendekatan kontekstual sudah lama dikembangkan oleh
John Dewey pada tahun 1916, yaitu sebagai filosofi belajar yang menekankan pada
pengembangan minat dan pengalaman siswa. Kontekstual (Contextual Teaching
and Learning) dikembangkan oleh The Washington State Consortium for
Contextual Teaching and Learning, yang bergerak dalam dunia pendidikan di
Amerika Serikat. Salah satu kegiatannya adalah melatih dan memberi kesempatan
kepada guru-guru dari enam propinsi di Indonesia untuk belajar pendekatan
kontekstual di Amerika Serikat melalui Direktorat PLP Depdiknas.
Pendekatan kontekstual lahir karena kesadaran bahwa
kelas-kelas di Indonesia tidak produktif. Sehari-hari kelas-kelas di sekolah
diisi dengan “pemaksaan” terhadap siswa untuk belajar dengan cara menerima dan
menghafal. Harus segera ada pilihan strategi pembelajaran yang lebih berpihak
dan memberdayakan siswa.
Adapun yang melandasi pengembangan pendekatan
kontekstual adalah konstruktivisme, yaitu filosofi belajar yang menekankan
bahwa belajar tidak hanya sekedar menghafal. Siswa harus mengkonstruksikan
pengetahuan di benak mereka sendiri. Bahwa pengetahuan tidak dapat
dipisah-pisahkan menjadi fakta atau proposisi yang terpisah, tetapi
mencerminkan keterampilan yang dapat diterapkan. Konstruktivisme berakar pada
filsafat pragmatisme yang digagas oleh John Dewey pada awal abad 20 yang lalu.
Ada kecenderungan dewasa ini untuk kembali pada
pemikiran bahwa anak akan belajar lebih baik jika lingkungan diciptakan
alamiah. Belajar akan lebih bermakna jika anak mengalami apa yang
dipelajarinya, bukan sekedar mengetahuinya. Sebab, pembelajaran yang
berorientasi target penguasaan materi terbukti berhasil dalam kompetisi
mengingat jangka pendek, tetapi gagal dalam membekali anak memecahkan persoalan
dalam kehidupan jangka panjang. Inilah yang terjadi pada kelas-kelas di sekolah
Indonesia dewasa ini. Hal ini terjadi karena masih tertanam pemikiran bahwa
pengetahuan dipandang sebagai perangkat fakta-fakta yang harus dihapal, kelas
berfokus pada guru sebagai sumber utama pengetahuan, akibatnya ceramah
merupakan pilihan utama strategi mengajar. Karena itu, diperlukan :
ü Sebuah pendekatan belajar yang lebih memberdayakan siswa.
ü Kesadaran bahwa pengetahuan bukanlah seperangkat fakta dan konsep yang siap
diterima, melainkan sesuatu yang harus dikonstruksi sendiri oleh siswa.
ü Kesadaran pada diri siswa tentang pengertian makna belajar bagi mereka, apa
manfaatnya, bagaimana mencapainya, dan apa yang mereka pelajari adalah berguna
bagi hidupnya.
ü Posisi guru yang lebih berperan pada urusan strategi bagaimana belajar
daripada pemberi informasi.
Pendekatan Kontekstual
atau Contextual Teaching and Learning (CTL) merupakan konsep belajar
yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi dunia
nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang
dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga
dan masyarakat. Dalam konteks ini siswa perlu mengerti apa makna belajar,
manfaatnya, dalam status apa mereka dan bagaimana mencapainya. Dengan ini siswa
akan menyadari bahwa apa yang mereka pelajari berguna sebagai hidupnya nanti.
Sehingga, akan membuat mereka memposisikan sebagai diri sendiri yang memerlukan
suatu bekal yang bermanfaat untuk hidupnya nanti dan siswa akan berusaha untuk
menggapinya.
Pendekatan konstektual
merupakan pendekatan yang membantu guru mengaitkan antara materi yang
diajarkanya dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat
hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam
kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan masyarakat. Pendekatan
kontekstual sendiri dilakukan dengan melibatkan komponen-komponen pembelajaran
yang efektif yaitu konstruktivisme, bertanya, menemukan, masyarakat belajar,
pemodelan, refleksi, penilaian sebenarnya.
Dalam pengajaran
kontekstual memungkinkan terjadinya lima bentuk belajar yang penting, yaitu :
·
Mengaitkan adalah
strategi yang paling hebat dan merupakan inti konstruktivisme. Guru menggunakan
strategi ini ketia ia mengkaitkan konsep baru dengan sesuatu yang sudah dikenal
siswa. Jadi dengan demikian, mengaitkan apa yang sudah diketahui siswa dengan
informasi baru.
·
Mengalami merupakan
inti belajar kontekstual dimana mengaitkan berarti menghubungkan informasi baru
dengan pengalaman maupun pengetahui sebelumnya. Belajar dapat terjadi lebih
cepat ketika siswa dapat memanipulasi peralatan dan bahan serta melakukan
bentuk-bentuk penelitian yang aktif.
·
Menerapkan. Siswa
menerapkan suatu konsep ketika ia malakukan kegiatan pemecahan masalah. Guru
dapet memotivasi siswa dengan memberikam latihan yang realistic dan relevan.
·
Kerjasama. Siswa yang
bekerja secara individu sering tidak membantu kemajuan yang signifikan.
Sebaliknya, siswa yang bekerja secara kelompok sering dapat mengatasi masalah
yang komplek dengan sedikit bantuan.Pengalaman kerjasama tidak hanya membanti
siswa mempelajari bahan ajar, tetapi konsisten dengan dunia nyata.
·
Mentransfer. Peran guru
membuat bermacam-macam pengelaman belajar dengan focus pada pemahaman bukan
hapalan
2)
Pendekatan
Konstruktivisme
Pendekatan
konstruktivisme merupakan pendekatan dalam pembelajaran yang lebih menekankan
pada tingkat kreatifitas siswa dalam menyalurkan ide-ide baru yang dapat
diperlukan bagi pengembangan diri siswa yang didasarkan pada pengetahuan.
Pada dasarnya
pendekatan konstruktivisme sangat penting dalam peningkatan dan pengembangan
pengetahuan yang dimiliki oleh siswa berupa keterampilan dasar yang dapat
diperlukan dalam pengembangan diri siswa baik dalam lingkungan sekolah maupun
dalam lingkungan masyarakat.
Dalam pendekatan
konstruktivisme ini peran guru hanya sebagai pembimbing dan pengajar dalam
kegiatan pembelajaran. Olek karena itu , guru lebih mengutamakan keaktifan
siswa dan memberikan kesempatan kepada siswa untuk menyalurkan ide-ide baru
yang sesuai dengan materi yang disajikan untuk meningkatkan kemampuan siswa
secara pribadi.
Jadi pendekatan
konstruktivisme merupakan pembelajaran yang lebih mengutamakan pengalaman
langsung dan keterlibatan siswa dalam kegiatan pembelajaran. Secara umum yang
disebut konstruktivisme menekankan kontribusi seseorang pembelajar dalam
memberikan arti, serta belajar sesuatu melalui aktivitas individu dan sosial.
Tidak ada satupun teori belajar tentang konstruktivisme, namun terdapat
beberapa pendekatan konstruktivis, misalnya pendekatan yang khusus dalam
pendidikan matematik dan sains. Beberapa pemikir konstruktivis seperti Vigotsky
menekankan berbagi dan konstruksi sosial dalam pembentukan pengetahuan
(konstruktivisme sosial); sedangkan yang lain seperti Piaget melihat konstruksi
individu lah yang utama (konstruktivisme individu).
Para psikolog
konstruktivis yang tertarik dengan pengetahuan individu, kepercayaan, konsep
diri atau identitas adalah mereka yang biasa disebut konstruktivis individual.
Riset mereka berusaha mengungkap sisi dalam psikologi manusia dan bagaimana
seseorang membentuk struktur emosional atau kognitif dan strateginya
Berbeda dengan Piaget,
Vygotsky percaya bahwa pengetahuan dibentuk secara sosial, yaitu terhadap apa
yang masing-masing partisipan kontribusikan dan buat secara bersama-sama.
Sehingga perkembangan pengetahuan yang dihasilkan akan berbeda-beda dalam
konteks budaya yang berbeda. Interaksi sosial, alat-alat budaya, dan
aktivitasnya membentuk perkembangan dan kemampuan belajar individual.
Ciri-ciri pendekatan
konstruktivisme
·
Dengan adanya
pendekatan konstruktivisme, pengembangan pengetahuan bagi peserta didik dapat
dilakukan oleh siswa itu sendiri melalui kegiatan penelitian atau pengamatan
langsung sehingga siswa dapat menyalurkan ide-ide baru sesuai dengan pengalaman
dengan menemukan fakta yang sesuai dengan kajian teori.
·
Antara
pengetahuan-pengetahuan yang ada harus ada keterkaitan dengan pengalaman yang
ada dalam diri siswa.
·
Setiap siswa mempunyai
peranan penting dalam menentukan apa yang mereka pelajari. Peran guru hanya
sebagai pembimbing dengan menyediakan materi atau konsep apa yang akan
dipelajari serta memberikan peluang kepada siswa untuk menganalisis sesuai
dengan materi yang dipelajari.
3)
Pendekatan Deduktif
Pendekatan deduktif (deductive
approach) adalah pendekatan yang menggunakan logika untuk menarik satu atau
lebih kesimpulan (conclusion) berdasarkan seperangkat premis yang
diberikan. Dalam sistem deduktif yang kompleks, peneliti dapat menarik lebih
dari satu kesimpulan. Metode deduktif sering digambarkan sebagai pengambilan
kesimpulan dari sesuatu yang umum ke sesuatu yang khusus.
Pendekatan deduktif
merupakan proses penalaran yang bermula dari keadaan umum ke keadaan khusus,
sebagai pendekatan pengajaran yang bermula dengan menyajikan aturan, prinsip
umum dan diikuti dengan contoh-contoh khusus atau penerapan aturan, prinsip
umum ke dalam keadaan khusus.
4)
Pendekatan Induktif
Berbeda dengan
pendekatan deduktif yang menyimpulkan permasalahan dari hal-hal yang bersifat
umum, maka pendekatan induktif (inductif approach) menyimpulkan
permasalahan dari hal-hal yang bersifat khusus.. Metode induktif sering
digambarkan sebagai pengambilan kesimpulan dari sesuatu yang umum ke sesuatu
yang khusus.
Pendekatan induktif
menekanan pada pengamatan dahulu, lalu menarik kesimpulan berdasarkan
pengamatan tersebut. Metode ini sering disebut sebagai sebuah pendekatan
pengambilan kesimpulan dari khusus menjadi umum. Pendekatan induktif merupakan
proses penalaran yang bermula dari keadaan khusus menuju keadaan umum.
5)
Pendekatan Konsep
Pendekatan konsep
adalah pendekatan yang mengarahkan peserta didik meguasai konsep secara benar
dengan tujuan agar tidak terjadi kesalahan konsep (miskonsepsi).. Konsep
merupakan struktur mental yang diperoleh dari pengamatan dan pengalaman.
Pendekatan Konsep
merupakan suatu pendekatan pengajaran yang secara langsung menyajikan konsep
tanpa memberi kesempatan kepada siswa untuk menghayati bagaimana konsep itu
diperoleh.
Ciri-ciri suatu konsep
adalah:
ü Konsep memiliki gejala-gejala tertentu
ü Konsep diperoleh melalui pengamatan dan pengalaman langsung
ü Konsep berbeda dalam isi dan luasnya
ü Konsep yang diperoleh berguna untuk menafsirkan pengalaman-pengalaman
ü Konsep yang benar membentuk pengertian
ü Setiap konsep berbeda dengan melihat ciri-ciri tertentu
Kondisi-kondisi yang
dipertimbangkan dalam kegiatan belajar mengajar dengan pendekatan konsep
adalah:
·
Menanti kesiapan
belajar, kematangan berpikir sesuai denaan unsur lingkungan.
·
Mengetengahkan konsep
dasar dengan persepsi yang benar yang mudah dimengerti.
·
Memperkenalkan konsep
yang spesifik dari pengalaman yang spesifik pula sampai konsep yang komplek.
·
Penjelasan
perlahan-lahan dari yang konkret sampai ke yang abstrak.
Langkah-langkah
mengajar dengan pendekatan konsep melalui 3 tahap yaitu,
1.
Tahap enaktik
Tahap enaktik dimulai
dari:
·
Pengenalan benda
konkret.
·
Menghubungkan dengan
pengalaman lama atau berupa pengalaman baru.
·
Pengamatan, penafsiran
tentang benda baru.
2.
Tahap simbolik
Tahap simbolik
siperkenalkan dengan: Simbol, lambang, kode, seperti angka, huruf. kode,
seperti (?=,/) dll. Membandingkan antara contoh dan non-contoh untuk menangkap
apakah siswa cukup mengerti akan ciri-cirinya. Memberi nama, dan istilah serta
defenisi.
3.
Tahap ikonik
Tahap ini adalah tahap
penguasaan konsep secara abstrak, seperti: Menyebut nama, istilah, definisi,
apakah siswa sudah mampu mengatakannya.
6)
Pendekatan Proses
Pendekatan proses
merupakan pendekatan pengajaran yang memberikan kesempatan kepada siswa untuk
menghayati proses penemuan atau penyusunan suatu konsep sebagai suatu
keterampilan proses.
Pendekatan proses
adalah pendekatan yang berorientasi pada proses bukan hasil. Pada pendekatan
ini peserta didik diharapkan benar-benar menguasai proses. Pendekatan ini
penting untuk melatih daya pikir atau mengembangkan kemampuan berpikir dan
melatih psikomotor peserta didik. Dalam pendekatan proses peserta didik juga
harus dapat mengilustrasikan atau memodelkan dan bahkan melakukan percobaan.
Evaluasi pembelajaran yang dinilai adalah proses yang mencakup kebenaran cara
kerja, ketelitian, keakuratan, keuletan dalam bekerja dan sebagainya.
7)
Pendekatan Sains,
Teknologi, dan Masyarakat
Pendekatan Science,
Technology and Society (STS) atau pendekatan Sains, Teknologi dan Masyarakat
(STM) merupakan gabungan antara pendekatan konsep, keterampilan proses, Inkuiri
dan diskoveri serta pendekatan lingkungan.
Istilah Sains Teknologi
Masyarakat (STM) dalam bahasa Inggris disebut Sains Technology Society (STS),
Science Technology Society and Environtment (STSE) atau Sains Teknologi
Lingkungan dan Masyarakat. Meskipun istilahnya banyak namun sebenarnya intinya
sama yaitu Environtment, yang dalam berbagai kegiatan perlu ditonjolkan.
Sains Teknologi Masyarakat (STM) merupakan pendekatan terpadu antara sains,
teknologi, dan isu yang ada di masyarakat. Adapun tujuan dari pendekatan STM
ini adalah menghasilkan peserta didik yang cukup memiliki bekal pengetahuan,
sehingga mampu mengambil keputusan penting tentang masalah-masalah dalam
masyarakat serta mengambil tindakan sehubungan dengan keputusan yang telah
diambilnya.
Filosofi yang mendasari
pendekatan STM adalah pendekatan konstruktivisme, yaitu peserta didik menyusun
sendiri konsep-konsep di dalam struktur kognitifnya berdasarkan apa yang telah
mereka ketahui.
D.
Fungsi Pendekatan Dalam Pembelajaran
Fungsi pendekatan bagi suatu pembelajaran adalah :
1)
Sebagai pedoman umum
dalam menyusun langkah-langkah metode pembelajaran yang akan digunakan.
2)
Memberikan garis-garis rujukan untuk
perancangan pembelajaran.
3)
Menilai hasil-hasil pembelajaran yang telah
dicapai.
5)
Menilai hasil penelitian dan pengembangan yang
telah dilaksanakan.[3]
E.
Relevansi Metode dengan Bahan Pelajaran
Dalam proses
belajar mengajar, seorang guru
harus menyampaikan atau mengajarkan sesuatu
bahan kepada murid. Bahan
(subject matter) itu biasanya meliputi
pengetahuan, keterampilan, sikap dan
norma atau nilai-nilai yang diharapkan dimiliki dan diamalkan. Pada
sebagian besar madrasah, terutama pada bila murid mengolh bahan itu masa silam
dan bahkan sampai sekarang, kurikulum masih dalam bentuk subject matter dan
sementara itu dikalangan guru masih
terdapat pandangan yang berbeda terhadap
kurikulum semacam itu.
Perbedaan pandangan terebut sebenarnya tidak perlu
terjadi kalau kita memperhatikan tujuan sekolah atau madrasah pada umumnya.
Madrasah bertujuan untuk membentuk pribadi muslim dengan memperlengkapi
siswa berbagai pengetahuan termasuk
pengetahuan agama, dan keterampilan-keterampilan, jelaslah bahwa bahan
pelajaran itu adalah sebagai alat yang sangat penting, yaitu alat untuk
mencapai tujuan, alat yang digunakan oleh guru dan murid untuk tujuan yang suci
yaitu pembentukan pribadi muslim. Hal ini dapat tercapai bila bahan pelajaran
yang dipelajari disajikan dengan cara yang wajar dengan memperhatikan juga
faktor murid dan situasi. Bahan
dipelajari secara wajar bila murid
mengolah bahan itu melalui proses penemuan, berpikir kreatif, kerja sama dan
merealisasikan kemampuan diri sendiri.
Bahan pelajaran agam tidak diragukan lagi penuh mengandung
nilai-nilai bagi pembentukan pribadi muslim tetapi kalau diberikan dengan cara
yang kurang wajar misalnya anak disuruh menghafal secara mekanis apa yang disampaikan
oleh guru atau yang terdapat di dalam buku-buku pelajaran, tidak musthil akan
timbul pada diri anak murid rasa tidak senang pada pelajaran agama dan mungkin
juga tidak senang dengan guru agamanya.
Oleh karena bahan yang akan dipelajari
mempunyai sifat berbeda satu dengan lainnya, maka untuk setiap jenis bahan
memerlukan jenis belajar sendiri. Pada umumnya dikenal jenis bahan dan jenis
belajar yang sesuai dengan nya, sebagai berikut:
1.
Bahan yang memerlukan
pengamatan
Pengetahuan yang dimiliki oleh anak pada umumnya
diperoleh melalui alat indra atau melalui pengamatan baik langsung maupun tidak
langsung. Alat indra dalam hal ini memegang peranan yang penting, ketidak
sempurnaan atau ketidak pekaan suatu alat indra akan menyebabkan pengamatan
tidak sempurna dan hasil belajar menjadi berkumarang. Dalam Al-Qur’an banyak
dijumpai ayat yang menyuruh kita mengamati ciptaan Allah misalnya surat yunus
5, yasin 38-40, An-Nahl 66, Ar-Ra’d 4,
As-Saba 18, Al- Fathir 11 dan sebagainya. Yang ditekankan pada bahan tersebut
adalah segi pengetahuannya sedang untuk keterampilan melakukan shalat jum’at
termasuk khatib memerlukan jenis belajar yang lain dan metode yang lain pula.
2.
Bahan yang memerlukan
keterampilan atau gerakan tertentu
Untuk menguasai bahan sejenis ini seseorang terutama
harus belajar secara motoris ( motor type of learning). Mungkin jenis belajar melalui pengamatan
perlu juga tetapi tidak sepenting belajar motoris.
Contoh : bahan pelajaran tentang jenazah (mengafani
jenazah) untuk menguasai keterampilan itu, guru harus membri kesempatan kepada
murid melakukan serangkaian kegiatan yang berhubungan dengan gerakan-gerakan
atau keterampilan- keterampilan
mengafani jenazah. Umapamnya
keterampilan mengukur, menggunting, mengikat dan membungkus, serta
keterampilan membaca doa atau bacaan yang berhubungan dengan jenazah..
Contoh lain : bahan pelajaran
membaca AL-Qu’ran dengan baik.
Metode
yang relevan untuk bahan-bahan tersebut adalah metode demonstrasi dan driil.
3.
Bahan yang mengandung
materi hafalan
Bahan pelajaran agama jenis ini termasuk cukup
banyak dan segera harus diketahui dan
dihafalkan karena akan digunakan dalam beribadah dan beramal. Di samping itu
juga untuk keperluan ujian khususnya external education. Untuk mempelajari bahan hafalan, ini diperlukan jenis belajar
menghafal (memory type of learning).
Belajar dengan menghafal sering
menimbulkan penyakit verbalisme yaitu anak tahu menyebutkan kata-kata,
definisi, rumus dan sebagainya tetapi tidak dipahami. Penyakit lain yang sering
dijumpai akibat belajar menghafal ini ialah intelektualitas pengusaan
pengetahuan sebanyak-banyaknya. Dari buku pelajaran tanpa menghubungkannya dengan realitas dalam
kehidupan sehari-hari.
Untuk menghindarkan anak dari penyakit tersebut,
perlu prinsip-prinsip sebagai berikut:
a)
Bahan yang akan dihafalkan hendaknya
diusahakan agar dipahami benar-benar oleh anak.
b)
Bahan hafalan hendaknya merupakan suatu
kebulatan (keseluruhan dan bukan fakta yang lepas.).
c)
Bahan
yang telah dihafal hendaknya digunakan secara fungsional dalam situasi
tertentu.
d)
Active recall hendaknya senantiasa
dilakukan.
e)
Metode keseluruhan atau metode bagian
yang digunakan tergantung pada sifat bahan.
4.
Bahan yang mengandung
unsur emosi
Dibandingkan dengan jenis belajar yang lain, jenis
belajar emosi ini belum mendapatkan perhatian sebagaimana mestinya. Hal itu
mungkin disebabkan oleh karena jenis belajar ini kurang dipahami dan
pelaksanaan tidak mudah.
Contoh: Akhlak terhadap diri sendiri. Bahan yang
akan dipelajari adalah sifat sabar, pemaaf, pemurah dan menjauhi sifat
dendam dan sebagainya. Untuk mencapai sifat tersebut guru harus mengusahakan agar anak
memperoleh pengalaman sebanyak-banyaknya. Jadi dengan menggunakan metode sosiodrama/ bermain peranan dan
service project. Hal yang perlu diperhatikan
dalam pelaksanaannya adalah:
a.
Harus ada pada anak suatu ide tentang
sifat sabar, pemaaf dan sebagainya yang timbul karena pengalaman, baik didalam kelas maupun luar kelas
b.
Timbulkan emosional pada diri anak, yaitu ia merasa bahwa sifat itu baik atau
tidak baik.
c.
Sifat-sifat itu harus dilatih,
dilaksanakan dalam perbuatan[4]
PENUTUP
KESIMPULAN
Pendekatan pembelajaran merupakan cara kerja mempunyai system untuk
memudahkan pelaksanaan proses pembelajaran dan membelajarkan siswa guna
membantu dalam mencapai tujuan yang ditetapkan.
Pendekatan pembelajaran dapat
berarti acuan pembelajaran yang berusaha meninggatkan kemampuan-kemampuan
kognitif, afektif dan psikomotor siswa sehingga tercapai tujuan belajar.
Ada berbagai jenis pendekatan dalam pembelajaran, antara lain :
1.
Pendekatan
Individual
2.
Pendekatan
Kelompok
3.
Pendekatan
Bervariasi
4.
Pendekatan
Edukatif
5.
Pendekatan
pengalaman
6.
Pendekatan
Pembiasaan
7.
Pendekatan
Emosional
8.
Pendekatan
Rasional
9.
Pendekatan
Fungsional
10.
Pendekatan
Keagamaan
11.
Pendekatan
kebermaknaan
Tipe-tipe
pembelajaran, antara lain :
1.
Pendekatan Kontekstual
2.
Pendekatan Pembelajaran
Konstruktivisme
3.
Pendekatan Pembelajaran
Deduktif
4.
Pendekatan Pembelajaran
Induktif
5.
Pendekatan Pembelajaran
Proses
6.
Pendekatan Pembelajaran
Konsep
7.
Pendekatan Pembelajaran
Sains, Teknologi dan Masyarakat
Bahan
pelajaran agam tidak
diragukan lagi penuh mengandung nilai-nilai bagi pembentukan pribadi muslim
tetapi kalau diberikan dengan cara yang kurang wajar misalnya anak disuruh
menghafal secara mekanis apa yang disampaikan oleh guru atau yang terdapat di
dalam buku-buku pelajaran, tidak musthil akan timbul pada diri anak murid rasa
tidak senang pada pelajaran agama dan mungkin juga tidak senang dengan guru agamanya. Oleh karena bahan yang akan dipelajari mempunyai sifat
berbeda satu dengan lainnya, maka untuk setiap jenis bahan memerlukan jenis
belajar sendiri. Pada umumnya dikenal jenis bahan dan jenis belajar yang sesuai
dengan nya, sebagai berikut:
1)
Bahan yang memerlukan pengamatan
2)
Bahan yang memerlukan keterampilan
atau gerakan tertentu
3)
Bahan yang mengandung materi
hafalan
4)
Bahan yang mengandung unsur emosi
DAFTAR
PUSTAKA
Ali, Muhammad, 1998, Guru dalam
Proses Belajar Mengajar, Bandung : Sinar Baru
Bahri Djamarah, Syaiful , 1997, Strategi Belajar Mengajar, Jakarta: PT. Rineka Cipta
Daradjat, Zakiah, 1996, Metodologi
Pengajaran Agama Islam, Jakarta: Bumi Aksara
Tidak ada komentar:
Posting Komentar