Selasa, 10 Juni 2014

Berbagai Pendekatan dalam Proses Belajar dan Relevansi dengan Metode dengan Bahan



PEMBAHASAN
A.      Pengertian Pendekatan Pembelajaran
Depdikbud pendekatan dapat diartikan “sebagai proses, perbuatan atau cara untuk mendekati sesuatu.”Menurut Suharno  bahwa pendekatan pembelajaran  dapat diartikan model pembelajaran,.
Menurut H.J Gino, bahwa pembelajaran atau instruksion merupakan usaha sadar dan disengaja oleh guru untuk membuat siswa belajar dengan tujuan mengaktifkan factor intern dan factor ekstern dalam belajar.Sukintaka berpendapat bahwa pembelajaran mengandung pengertian bagaimana para guru mengajarkan sesuatu kepada peserta didik ,tetapi disamping itu juga terjadi pristiwa bagaimana siswa didik mempelajarinya.

Berdasarkan pengertian pendekatan pembelajaran tersebut dapat disimpulkan bahwa, pendekatan pembelajaran merupakan cara kerja mempunyai system untuk memudahkan pelaksanaan proses pembelajaran dan membelajarkan siswa guna membantu dalam mencapai tujuan yang ditetapkan. Sesuai dengan pendapat Wahjoedi, bahwa pendekatan pembelajaran adalah cara mengelola kegiatan belajar dan prilaku siswa agar ia dapat aktif melakukan tugas belajar sehingga dapat memperoleh hasil belajar secara optimal.
Pendekatan pembelajaran dapat berarti acuan pembelajaran yang berusaha meninggatkan kemampuan-kemampuan kognitif, afektif dan psikomotor siswa sehingga tercapai tujuan belajar.[1]

B.       Jenis-jenis Pendekatan Dalam Pembelajaran
Ada berbagai jenis pendekatan dalam proses mengajar, antara lain :
1.        Pendekatan Individual
Dalam kegiatan belajar mengajar seurang guru sering melihat peserta didiknya belajar dengan gaya yang berbeda-beda. Perilaku mereka juga bermacam-macam, cara mengemukakan pendapat, cara berpakaian, daya serap, tingkat kecerdasan dan sebagainya, selalu ada variasinya. Masing-masing anak didik memponyai karakteristik tersendiri yang berbeda dari satu anak didik dengan anak didik lainnya.
Perbedaan individual anak didik tersebut memberikan wawasan kepada guru bahwa setrategi pembelajaran harus memperhatikan perbedaan anak didik pada aspek individual ini. Dengan kata lain, guru harus melakukan pendekatan individual dalam strategi belajar mengajarnya. Bila tidak, maka strategi belajar tuntas atau mastery learning yang menuntut penguasaan penuh kepada anak didik tidak akan pernah menjadi kenyataan. Paling tidak dengan pendekatan individualdapat diharapkan kepada anak didik denagan tingkat penguasaan optimal.
Pendekatan individual mempunyai arti yang sangat penting bagi kepentingan pengajaran. Pengolahan kelas sangat memerlukan pendekatan individual ini. Pemilihan metode tidak bisa begitu saja mengabaikan kegunaan pendekatan individual ini, sehingga guru dalam melaksanakan tugasnya selalu saja melakukan pendekatan individual terhadap anak didik di kelas. Persoalan kesulitan belajr anak lebih muda dipecahkan dengan menggunakan pendekatan individual, walaupunsuatu saat pendekatan kelompok diperlukan.
2.        Pendekatan Kelompok
Dalam kegiatan belajar mengajar terkadang ada juga guru yang menggunakan pendekatan lain, yakni pendekatan kelompok. Pendekatan kelompok memang suatu waktu diperlukan dan pelu digunakan untuk membina  dan mengembangkan sikap sosial anak didik. Hal ini disadari bahwa anak didik adalah sejenis makhluk homo secius, yakni makhluk yang berkecendrungan untuk hidup bersama.
Dengan pendekatan kelompok, diharapkan dapat ditumbuh kembangkan rasa sosial yang tinggi pada diri setiap anak didik. Mereka dibina untuk mengendalikan rasa egois yang ada dalam diri mereka masing-masing, sehingga terbina sikap kesetiakawanan sosial dikelas. Tentu saja sikap ini pada hal-hal yang baik saja. Mereka sadar bahwa hidup ini saling ketergantungan, seperti ekosistem dalam mata rantai kehidupansemua makhluk hidup di dunia. Tidak ada makhluk hidup yang terus menerus berdiri sendiri tanpa keterlibatan makhluk lain, langsung atau tidak langsung, disadari atau tidak, makhluk lain itu ikut ambil bagian dalam kehidupan makhluk tertentu.
Anak didk dibiasakan hidup bersama, bekerja sama dalam kelompok, akan menyadari bahwa dirinya ada kekurangan dan kelebihan. Yang mempunyai kelebihan dengan ikhlas mau membantu mereka yang memponyai kekurangan. Sebaliknya, mereka yang mempunyai kekurangan dengan rela hati mau belajar dari mereka yang mempunyai kelebihan. Tanpa ada rasa minder. Persaingan yang positif pun terjadi dikelas dalam rangka untuk mencapai prestasi belajr yang optimal. Inilah yang diharapkan, yakni anak didik yang aktif, kreatif, dan mandiri.
Ketika guru akan menggunakan pendekatan kelompok, maka guru harus sudah mempertimbangkan bahwa ahl itu tidak bertentangan dengan tujuan, fasilitas belajar pendukung, metode yang akan dipakai sudah dikuasai, dan bahan yang akn diberiakan kepada anak didik memang cocok didekati dengan pendekatan kelompok. Karena itu, pendekatan kelompok tidak bisa dilakukan secara sembarangan, tetapi harus memnpertimbangkan hah-hal yang ikut mempengaruhi penggunaannya.
Dalam pengolahan kelas, terutama yang berhubungan dengan penempatan anak didik, pendekatan kelompok sangat diperlukan . Perbedaan individual anak didik, pada aspek biologis, intelektual, dan psikologis dijadikan sebagai pijakan dalam melakukan pendekatan kelompok.


3.        Pendekatan Bervariasi
Ketika guru dihadapkan kepada permasalahan anak didik yang bermasalah, maka guru akan berhadapan dengan permasalahan yang bervariasi. Setiap masalah yang dihadapi oleh anak ddidik tidak selalu sama, terkadang ada perbedaan.
Dalam belajar, anak didik mempunyai motivasi yang berbeda. Pada satu sisi anak didik mempunyai motivasi yang rendah, tetapi pada saat lain anak didik mempunyai motivasi yang tinggi. Anak didik yang satu bergairah belajar, anak didik yang lain kurang bergairah belajar. Sementara sebagian besar anak belajar, satu atau dua orang ank tidak ikut belajar. Mereka duduk dan berbicara (berbincang-bincang) satu sama lain tentang hal-hal lain yang terlepas dari masalah pelajaran.
Dalam mengajar, guru yang hanya menggunakan satu metode biasanya sukar menciptakan suasana kelas yang kondusif dalam waktu yang relatif lama. Bila terjadi perubahan suasana kelas, sulit menormalkannya kembali. Ini sebagai ada tandanya gangguan dalam proses belajar mengajar. Akibatnya, jalannya pelajaran menjadi kurang efektif, efisiensi, dan efektivitas pencapaian tujuan pun jadi terganggu. Disebabkan anak didik kurang mampu berkonsentrasi.metode yang hanya satu-satunya dipergunakan tidak dapat diperankan, karena memang gangguan itu terpangkal dari kelemahan metode tersebut. Karena itu, dalam mengajar kebsnysksn guru menggunakan beberapa metode dan jarang sekali menggunakan satu metode.
Permasalahan yang dihadapi oleh setiap anak didik bervariasi, maka pendekatan yang digunakan pun akan lebih tepat dengan pendekatan bervariasi pula.Pendekatan bervariasi bertolak dari konsepsi bahwa permasalahan yang dihadapi oleh setiap anak didik dalam belajar bermacam-macam. Kasus yang biasanya muncul dalam penagajaran dengan berbagai motif, sehingga diperlukan variasiteknik pemecahan untuk setiap kasus. Maka kiranya pendekatan bervariasi inisebagai alat yang dapat guru gunakan untuk kepentingan penagajaran.
4.        Pendekatan Edukatif
Apapun yang guru lakukan dalam pendidikan dan pengajaran dengan tujuan untuk mendidik, bukan karena motif-motif lain, seperti karena dendam, karena gengsi, karena ingin ditakuti dan sebagainya.
Anak didik yang telah melakukan kesalahan, yakni membuat keributan didalam kelas ketika guru sedang memberikanpelajaran, misalnya, tidak tepat diberi sanksi hukum dengan cara memukul badannya sehingga luka atau cidera. Hal ini adalah sanksi hukum yang tidak bernilai pendidikan. Guru telah melakukan sankst hukum yang salah. Guru telah menggunakan teori power, yakni teori kekuasaan untuk menundukkan orang lain. Dalam pendidikan, guru akan kurang arif dan bijaksana bila menggunakan kekuasaan. Karena hal itu bisa merugikan pertumbuhan dan perkembangan kepribadian anak didik. Pendekatan yang benar bagi guru adalah dengan melakukan pendekatan edukatif. Setiap tindakan dan perbuatan yang dilakukan guru harus bernilai pendidikan dengan tujuan untuk mendidik anak didik agar agar menghargai norma hukum, norma susila, norma sosial dan norma agama.
Cukup banyak sikap dan perbuatan yang harus guru lakukan untuk menanamkan nilai-nilai kebaikan kepada anak didik. Salah satu contohnya, misalnya, ketika lonceng tanda masuk kelas telah berbunyi, anak-anak jangan dibiarkan masuk dulu, tetapi suruhlah mereka berbaris di depan pintu masuk dan perintahkanlah ketua kelas untuk mengatur barisan. Semua anak perempuan berbaris dalam kelompok sejenisnya. Demikian juga semua anak laki-laki, berbaris dalam kelompok sejenisnya. Jadi, berisan dibentuk menjadi dua dengan pandangan terarah kepintu masuk. Di sisi pintu masuk guru berdiri sambil mengontrol bagaimana anak-anak berbarisdi depan pintu masuk kelas. Semua anak di persilahkan masuk oleh ketua kelas. Mereka pon satu persatu masuk kelas, merka satu persatu menyalami guru. Semua anak-anak masuk dan pelajaran pun dimulai.
Contoh diatas menggambarkan pendekatan edukatif yang di lakukan telah oleh guru dengan menyuruh anak didik berbaris di depan pintu masuk kelas. Guru telah meletakkan tujuan untuk mwmbina watak anak didik dengan pendidikan akhlak yang mulia.
Kasuistis yang terjadi di sekolah biasanya tidak hanya satu, tetapi bermacam-macam jenis dan tigkat kesukarannya. Hal ini menghendaki pendekatan yang tepat. Berbagai kasus yang terjadi selain dapat di ndekati dengan pendekatan individual, pendekatan kelompok, dan juga pendekatan kelompok. Namun yang penting untuk di ingat adalah bahwa pendekatan individual harus bedampingan dengan pendekatan edukatif. Pendekatan kelompok harus berdampingan dengan pendekatan edukatif, dan pendekatan bervariasi harus berdampingan dengan pendekatan edukatif. Dengan demikian, semua pendekatan yang dilakukan oleh guru harus bernilai edukatif, denagn tujuan mendidik.
Selain berbagai pendekatan yang telah di sebutkan diatas, ada lagi pendekatan-pendekatan lain. Berdasarkan kurikulum atau Garis-garis Besar Program Pengajaran (GBPP) Pendidikan Agama islam SLTP tahun 1994 disebutkan lima macam pedekatan untuk pendidikan agama islam, yaitu pendekatan pengalaman, pendekatan pembiasaan, pendekatan emosional, pendekatan rasioanal, dan pendekaran fungsional.
Kelima macam  pendekatan ini diajukan, karena pendidikan agama islam disekolah umum dilaksanakan melalui kegiatan intra dan ekstra kurikuler yang satu sama lainnya saling menunjang dan saling melengkapi. Kelima pendekatan tersebut dijelaskan sebagai berikut :
5.        Pendekatan pengalaman
Experience is the best teacher, pengalaman adalah guru yang baik. Pengalaman adalah guru yang bisu yang tak pernah marah. Pengalaman adalah guru yang tanpa jiwa, namun selalu dicari oleh siapapun juga. Meskipun pengalaman diperlukan dan selalu dicari selama hidup, namun tidak semua pengalaman dapat bersifat mendidik (educative experience). Karena ada pengalaman yang tidak bersifat mendidik. Suatu pengalaman dikatakan tidak mendidik, jika guru tidak membawa anak kearah tujuan pendidikan, akan tetapi menyelewengkan dari tujuan itu, misalnya “mendidik anak menjadi pencopet”. Karena itu ciri-ciri pengalaman yang edukatif adalah berpusat pada suatu tujuan yang berarti bagi anak, kontinu dengan kehidupan anak, interaktif dengan lingkungan, dan menambah integrasi anak.         Pembiasaan adalah alat pendidikan. Yang sangat penting bagi anak yang masih kecil.dikarena kan pembiasaan itu suatu aktivitas pada anak  dikemudian hari. Pembiasaan yang baek akan membentuk sosok kepribadian manusia yang baek juga dan sebaliknya pembiasaan yang buruk akan membentuk sosok kpribadian manusia yang buruk. Begitulah biasanya yang terlihat dan terjadi pada diri seseorang. Dikarenakan didalam kehidupan bermasyakat dan kepribadian ini selalu ada betentangan dan sering terjadi konflik .
6.        Pendekatan Pembiasaan
Pembiasaan adalah alat pendidikan. Yang sangat penting bagi anak yang masih kecil.dikarena kan pembiasaan itu suatu aktivitas pada anak  dikemudian hari. Pembiasaan yang baek akan membentuk sosok kepribadian manusia yang baek juga dan sebaliknya pembiasaan yang buruk akan membentuk sosok kpribadian manusia yang buruk. Begitulah biasanya yang terlihat dan terjadi pada diri seseorang. Dikarenakan didalam kehidupan bermasyakat dan kepribadian ini selalu ada betentangan dan sering terjadi konflik.
Cara berfikir anak kecil tidak sama dengan anak dewasa yang berfikir abstrak. Anak kecil hanya berfikir konkrit. Contoh anak kecil sukar barfikir kata benda yang abstrak.anak kecil memang belu mempunyai kewajiban tetapi dia sudah mempunyai hak, seperti hak dipelihara, hak dilindungi, hak diberi makanan yang bergizi, dan hak mendapatkan pendidikan. Salah satu cara untuk memberikan  hak dalam bidang pendidikan dengan cara memberikan kebiasaan yang baik dalam kehidupan mereka. Dalam kebiasaan-kebiasaan itu anak akan terbiasa menurut dan mentaati peraturan. Menanamkan kebiasaan yang baik memang tidak mudah dan memakan waktu yang lama. Pada awl kehidupan anak tanamkanlah kebiasaan yang baik dan jangan sekali-kali mendidik anak yang tidak baik contoh berdusta, tidak disiplin, suka berkelahi dan sebagainya. Tanamkanlah pada anak kebiasaan ikhlas contoh melakukan puasa, menolong pada orang yang kesukaran, melakukan sholat lima waktu. Bertolak dari pendidikan kebiasaan itulah yang menyebabkan kebiasaan sabagai pendekatan pembiasaan.
7.        Pendekatan Emosional
Emosi adalah gejala kejiwaan yang ada dalam diri seseoarang. Emosi yang berhungan dengan masalah perasaan. Semua orang mempunyai perasaan baik perasaan jasmaniah maupun rohaniah.
Perasaan bagi manusia pada umumnya adalah dapat menyesuaikan diri denagn keadaan alam sekitar. Orang yang emosional adalah orang yang mudah tergugah perasaannya. Misalnya, menonton film adegan sedih, seseorang akan menangis atau sedih.
Emosional atau perasaan adalah suatu yang peka. Emosi akan memberi tanggapan (respons) bila ada rangsangan (stimulus) dari luar diri seseorang . baik rangsangan verbal maupun nonverbal. Rangsangan verbal itu misalnya ceramah, cerita, sindiran, pujian, ejekan, berita, peritah dan sebagainya. Sedangkan rangsangan nonverbal dalam bentuk perilaku berupa sikap dan perbuatan.
Emosi mempunyai peranan yang sangat penting dalam kepribadian seseorang. Itulah sebabnya pendekatan emosinal yang berdasarkan emosi atau perasaan yang dijadikan sebagai salah satu pendekatan dalam pendidikan dan pengajaran. Dengan pendekatan ini diusahakan selalu mengembangkan perasaan keagamaan siswa agar bertambah kuat keyakinannya akan kebesaran Allah SWT dan kebenaran ajaran agamanya.

8.        Pendekatan Rasional
Manusia adalah makhluk yang diciptakan Allah SWT yang sempurna. Yang berbeda dengan makhluk lainnya. Perbedaannya pada akal. Manusia mempunyai akal sedangkan mahluk lainnya seperti hewan tidak menpunyai akal.
Manusia bisa membedakan mana perbuatan yang baik dan mana yang buruk. Sedangkan makhluk lainnya seperti binatang tidak bisa membedakan mana yang baik dan mana yang buruk. Walaupun keterbatasan akal untuk memikirkan dan memecahkan tetapi bahwa akal itu dapat dicapai ketinggian ilmu pengetahuan.
Akal atau rasio memang mempunyai potensi untuk menaklukan dunia. Sebaiknya akal dijadikan alat untuk membuktikan kebenaran ajaran-ajaran agama.agar keyakinan yang dianut bertambah kokoh, Keampuhan akal rasio dijadikan pendekatan yang disebut pendekatan rasional .
9.        Pendekatan Fungsional
Ilmu pengetahuan yang dipelajari oleh anak disekolah bukan hanya sekedar pengisi otak, tetapi diharapkan berguna bagi kehidupan anak, baik sebagai individu maupun sebagai makhluk sosial. Anak dapat memanfaatkan ilmunya untuk kehidupan sehari-hari sesuai dengan tingkat perkembangannya. Anak dapat merasakan manfaat dari ilmu yang didapatnya disekolah.anak mendayagunakan nilai guna dari suatu ilmu untuk kepentingan hidupnya.maka nilai ilmu sudah fungsional didalam diri anak.
Pendekatan fungsional yang diterapkan disekolah diharapkan dapat menjambatani harapan tersebut.guna untuk memperlicin kearah yang sama.
Dalam hal ini ada beberapa metode mengajar, antar lain adalah metode latihan, pemberian tugas, ceramah, tanya jawab, dan sebagainya.

10.    Pendekatan Keagamaan
Pendidikan dan pelajaran disekolah tidak hanya memberikan satu atau dua macam mata pelajaran, tetapi terdiri dari banyak mata pelajaran.dalam prateknya tidak hanya digunakan satu, tetapi bisa juga penggabungan dua atau lebih pendekatan.
Dengan penerapan prinsip-prinsip mengajar seperti prinsip korelasi dan sosialisasi, guru dapat menyisipkan pesan-pesan keagamaan untuk semua mata pelajaran.khususnya untuk mata pelajaran umum sangat penting dengan pendekatan keagamaan. Hal ini dimaksudkan agar nilai budaya ini tidak sekuler, tetapi menyatu dengan nilai agama. Tentu saja guru harus menguasai ajaran-ajaran agama yang sesuai dengan mata pelajaran yang dipegang. Mata pelajaran biologi, misalnya, bukan terpisah dari masalah agama,tetapi ada hubunganya. Persoalan nya sekarng terletak mau atau tidaknya guru mata pelajaran tersebut.
Pendekatan agama dapat membantu guru untuk memperkecil kerdilnya jiwa agama didalam diri siswa, agar nilai-nilai agamanya tidak dicemoohkan dan dilecehkan, tetapi diyakini, dipahami,dihayati dan diamalkan secara hayat siswa dikandung badan.
11.    Pendekatan kebermaknaan
Bahasa adalah alat untuk menyampaikan dan memahami gagasan pikiran, pendapat, dan perasaan, secara lisan atau tulisan. Bahasa inggris bahasa asing yang pertama di indonesia yang dianggap penting untuk tujuan penyerapan dan pengembangan ilmu pengetahuan. Kegagalan penguasaan bahasa inggris oleh siswa salah satu sebabnya kurang tepatnya pendekatan yang digunakan oleh guru selain faktor lain seperti faktor sejarah, fasilitas, dan lingkungan serta kompetensi guru itu sendiri. Ada beberapa konsep penting  yang  menyadari pendekatan ini sebagai berikut :
·           Bahasa merupakan alat untuk mengungkapkan makna yang diwujudkan melalui struktur ( tata bahasa dan kosa kata).
·           Makna ditentukan oleh lingkup kebahasaan maupun lingkup situasi yang merupakan konsep dasar dalam pendekatan kebermaknaan pengajaran bahasa yang natura.
·           Makna dapat diwujudkan melalui kalimat yang berbeda, baik secara lisan maupun tertulis. Suatu kalimat dapat mempunyai makna yang berbeda tergantung pada situasi saat kalimat digunakan.
·           Belajar bahasa asing adalah belajar berkomunikasi melalui bahasa tersebut, sebagai bahasa sasaran, baik secara lisan maupun tertulis. Belajar berkomunikasi ini perlu didukung oleh pembelajaran unsur-unsur bahasa sasaran.
·           Motivasi belajar siswa merupakan faktor utama yang menentukan keberhasilan belajarnya. Kadar motivasi ini banyak ditentukan oleh kadar kebermaknaan bahan peljaran dan kegiatan pembelajaran siswa yang bersangkutan.
·           Bahan pelajaran dan kegiatan pembeljaran menjadi lebih penting bermakna bagi siswa jika berhubungan dengan kebutuhan siswa yang berkaitan dengan pengalaman, minat, tata nilai, dan masa depannya.
·           Dalam proses belajar mengajar siswa merupakan subjek utama, tidak hanya sebagai objek belaka. Karena itu, ciri-ciri dan kebutuhan mereka harus dipertimbangkan dalam segala keputusan yang berkaitan dengan pengajaran.
·           Dalam proses belajar mengajar guru berperan sebagai fasilitator yang membantu siswa mengembangkan ketrampilan berbahasanya.[2]



C.      Tipe-tipe Dalam Pembelajaran
1)        Pendekatan Kontekstual
Pendekatan kontekstual sudah lama dikembangkan oleh John Dewey pada tahun 1916, yaitu sebagai filosofi belajar yang menekankan pada pengembangan minat dan pengalaman siswa. Kontekstual (Contextual Teaching and Learning) dikembangkan oleh The Washington State Consortium for Contextual Teaching and Learning, yang bergerak dalam dunia pendidikan di Amerika Serikat. Salah satu kegiatannya adalah melatih dan memberi kesempatan kepada guru-guru dari enam propinsi di Indonesia untuk belajar pendekatan kontekstual di Amerika Serikat melalui Direktorat PLP Depdiknas.
Pendekatan kontekstual lahir karena kesadaran bahwa kelas-kelas di Indonesia tidak produktif. Sehari-hari kelas-kelas di sekolah diisi dengan “pemaksaan” terhadap siswa untuk belajar dengan cara menerima dan menghafal. Harus segera ada pilihan strategi pembelajaran yang lebih berpihak dan memberdayakan siswa.
Adapun yang melandasi pengembangan pendekatan kontekstual adalah konstruktivisme, yaitu filosofi belajar yang menekankan bahwa belajar tidak hanya sekedar menghafal. Siswa harus mengkonstruksikan pengetahuan di benak mereka sendiri. Bahwa pengetahuan tidak dapat dipisah-pisahkan menjadi fakta atau proposisi yang terpisah, tetapi mencerminkan keterampilan yang dapat diterapkan. Konstruktivisme berakar pada filsafat pragmatisme yang digagas oleh John Dewey pada awal abad 20 yang lalu.
Ada kecenderungan dewasa ini untuk kembali pada pemikiran bahwa anak akan belajar lebih baik jika lingkungan diciptakan alamiah. Belajar akan lebih bermakna jika anak mengalami apa yang dipelajarinya, bukan sekedar mengetahuinya. Sebab, pembelajaran yang berorientasi target penguasaan materi terbukti berhasil dalam kompetisi mengingat jangka pendek, tetapi gagal dalam membekali anak memecahkan persoalan dalam kehidupan jangka panjang. Inilah yang terjadi pada kelas-kelas di sekolah Indonesia dewasa ini. Hal ini terjadi karena masih tertanam pemikiran bahwa pengetahuan dipandang sebagai perangkat fakta-fakta yang harus dihapal, kelas berfokus pada guru sebagai sumber utama pengetahuan, akibatnya ceramah merupakan pilihan utama strategi mengajar. Karena itu, diperlukan :
ü  Sebuah pendekatan belajar yang lebih memberdayakan siswa.
ü  Kesadaran bahwa pengetahuan bukanlah seperangkat fakta dan konsep yang siap diterima, melainkan sesuatu yang harus dikonstruksi sendiri oleh siswa.
ü  Kesadaran pada diri siswa tentang pengertian makna belajar bagi mereka, apa manfaatnya, bagaimana mencapainya, dan apa yang mereka pelajari adalah berguna bagi hidupnya.
ü  Posisi guru yang lebih berperan pada urusan strategi bagaimana belajar daripada pemberi informasi.
Pendekatan Kontekstual atau Contextual Teaching and Learning (CTL) merupakan konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan masyarakat. Dalam konteks ini siswa perlu mengerti apa makna belajar, manfaatnya, dalam status apa mereka dan bagaimana mencapainya. Dengan ini siswa akan menyadari bahwa apa yang mereka pelajari berguna sebagai hidupnya nanti. Sehingga, akan membuat mereka memposisikan sebagai diri sendiri yang memerlukan suatu bekal yang bermanfaat untuk hidupnya nanti dan siswa akan berusaha untuk menggapinya.
Pendekatan konstektual merupakan pendekatan yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkanya dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan masyarakat. Pendekatan kontekstual sendiri dilakukan dengan melibatkan komponen-komponen pembelajaran yang efektif yaitu konstruktivisme, bertanya, menemukan, masyarakat belajar, pemodelan, refleksi, penilaian sebenarnya.
Dalam pengajaran kontekstual memungkinkan terjadinya lima bentuk belajar yang penting, yaitu :
·           Mengaitkan adalah strategi yang paling hebat dan merupakan inti konstruktivisme. Guru menggunakan strategi ini ketia ia mengkaitkan konsep baru dengan sesuatu yang sudah dikenal siswa. Jadi dengan demikian, mengaitkan apa yang sudah diketahui siswa dengan informasi baru.
·           Mengalami merupakan inti belajar kontekstual dimana mengaitkan berarti menghubungkan informasi baru dengan pengalaman maupun pengetahui sebelumnya. Belajar dapat terjadi lebih cepat ketika siswa dapat memanipulasi peralatan dan bahan serta melakukan bentuk-bentuk penelitian yang aktif.
·           Menerapkan. Siswa menerapkan suatu konsep ketika ia malakukan kegiatan pemecahan masalah. Guru dapet memotivasi siswa dengan memberikam latihan yang realistic dan relevan.
·           Kerjasama. Siswa yang bekerja secara individu sering tidak membantu kemajuan yang signifikan. Sebaliknya, siswa yang bekerja secara kelompok sering dapat mengatasi masalah yang komplek dengan sedikit bantuan.Pengalaman kerjasama tidak hanya membanti siswa mempelajari bahan ajar, tetapi konsisten dengan dunia nyata.
·           Mentransfer. Peran guru membuat bermacam-macam pengelaman belajar dengan focus pada pemahaman bukan hapalan

2)        Pendekatan Konstruktivisme
Pendekatan konstruktivisme merupakan pendekatan dalam pembelajaran yang lebih menekankan pada tingkat kreatifitas siswa dalam menyalurkan ide-ide baru yang dapat diperlukan bagi pengembangan diri siswa yang didasarkan pada pengetahuan.
Pada dasarnya pendekatan konstruktivisme sangat penting dalam peningkatan dan pengembangan pengetahuan yang dimiliki oleh siswa berupa keterampilan dasar yang dapat diperlukan dalam pengembangan diri siswa baik dalam lingkungan sekolah maupun dalam lingkungan masyarakat.
Dalam pendekatan konstruktivisme ini peran guru hanya sebagai pembimbing dan pengajar dalam kegiatan pembelajaran. Olek karena itu , guru lebih mengutamakan keaktifan siswa dan memberikan kesempatan kepada siswa untuk menyalurkan ide-ide baru yang sesuai dengan materi yang disajikan untuk meningkatkan kemampuan siswa secara pribadi.
Jadi pendekatan konstruktivisme merupakan pembelajaran yang lebih mengutamakan pengalaman langsung dan keterlibatan siswa dalam kegiatan pembelajaran. Secara umum yang disebut konstruktivisme menekankan kontribusi seseorang pembelajar dalam memberikan arti, serta belajar sesuatu melalui aktivitas individu dan sosial. Tidak ada satupun teori belajar tentang konstruktivisme, namun terdapat beberapa pendekatan konstruktivis, misalnya pendekatan yang khusus dalam pendidikan matematik dan sains. Beberapa pemikir konstruktivis seperti Vigotsky menekankan berbagi dan konstruksi sosial dalam pembentukan pengetahuan (konstruktivisme sosial); sedangkan yang lain seperti Piaget melihat konstruksi individu lah yang utama (konstruktivisme individu).
Para psikolog konstruktivis yang tertarik dengan pengetahuan individu, kepercayaan, konsep diri atau identitas adalah mereka yang biasa disebut konstruktivis individual. Riset mereka berusaha mengungkap sisi dalam psikologi manusia dan bagaimana seseorang membentuk struktur emosional atau kognitif dan strateginya
Berbeda dengan Piaget, Vygotsky percaya bahwa pengetahuan dibentuk secara sosial, yaitu terhadap apa yang masing-masing partisipan kontribusikan dan buat secara bersama-sama. Sehingga perkembangan pengetahuan yang dihasilkan akan berbeda-beda dalam konteks budaya yang berbeda. Interaksi sosial, alat-alat budaya, dan aktivitasnya membentuk perkembangan dan kemampuan belajar individual.
Ciri-ciri pendekatan konstruktivisme
·           Dengan adanya pendekatan konstruktivisme, pengembangan pengetahuan bagi peserta didik dapat dilakukan oleh siswa itu sendiri melalui kegiatan penelitian atau pengamatan langsung sehingga siswa dapat menyalurkan ide-ide baru sesuai dengan pengalaman dengan menemukan fakta yang sesuai dengan kajian teori.
·           Antara pengetahuan-pengetahuan yang ada harus ada keterkaitan dengan pengalaman yang ada dalam diri siswa.
·           Setiap siswa mempunyai peranan penting dalam menentukan apa yang mereka pelajari. Peran guru hanya sebagai pembimbing dengan menyediakan materi atau konsep apa yang akan dipelajari serta memberikan peluang kepada siswa untuk menganalisis sesuai dengan materi yang dipelajari.

3)        Pendekatan Deduktif
Pendekatan deduktif (deductive approach) adalah pendekatan yang menggunakan logika untuk menarik satu atau lebih kesimpulan (conclusion) berdasarkan seperangkat premis yang diberikan. Dalam sistem deduktif yang kompleks, peneliti dapat menarik lebih dari satu kesimpulan. Metode deduktif sering digambarkan sebagai pengambilan kesimpulan dari sesuatu yang umum ke sesuatu yang khusus.
Pendekatan deduktif merupakan proses penalaran yang bermula dari keadaan umum ke keadaan khusus, sebagai pendekatan pengajaran yang bermula dengan menyajikan aturan, prinsip umum dan diikuti dengan contoh-contoh khusus atau penerapan aturan, prinsip umum ke dalam keadaan khusus.

4)        Pendekatan Induktif
Berbeda dengan pendekatan deduktif yang menyimpulkan permasalahan dari hal-hal yang bersifat umum, maka pendekatan induktif (inductif approach) menyimpulkan permasalahan dari hal-hal yang bersifat khusus.. Metode induktif sering digambarkan sebagai pengambilan kesimpulan dari sesuatu yang umum ke sesuatu yang khusus.
Pendekatan induktif menekanan pada pengamatan dahulu, lalu menarik kesimpulan berdasarkan pengamatan tersebut. Metode ini sering disebut sebagai sebuah pendekatan pengambilan kesimpulan dari khusus menjadi umum. Pendekatan induktif merupakan proses penalaran yang bermula dari keadaan khusus menuju keadaan umum.



5)        Pendekatan Konsep
Pendekatan konsep adalah pendekatan yang mengarahkan peserta didik meguasai konsep secara benar dengan tujuan agar tidak terjadi kesalahan konsep (miskonsepsi).. Konsep merupakan struktur mental yang diperoleh dari pengamatan dan pengalaman.
Pendekatan Konsep merupakan suatu pendekatan pengajaran yang secara langsung menyajikan konsep tanpa memberi kesempatan kepada siswa untuk menghayati bagaimana konsep itu diperoleh.
Ciri-ciri suatu konsep adalah:
ü  Konsep memiliki gejala-gejala tertentu
ü  Konsep diperoleh melalui pengamatan dan pengalaman langsung
ü  Konsep berbeda dalam isi dan luasnya
ü  Konsep yang diperoleh berguna untuk menafsirkan pengalaman-pengalaman
ü  Konsep yang benar membentuk pengertian
ü  Setiap konsep berbeda dengan melihat ciri-ciri tertentu
Kondisi-kondisi yang dipertimbangkan dalam kegiatan belajar mengajar dengan pendekatan konsep adalah:
·            Menanti kesiapan belajar, kematangan berpikir sesuai denaan unsur lingkungan.
·            Mengetengahkan konsep dasar dengan persepsi yang benar yang mudah dimengerti.
·            Memperkenalkan konsep yang spesifik dari pengalaman yang spesifik pula sampai konsep yang komplek.
·            Penjelasan perlahan-lahan dari yang konkret sampai ke yang abstrak.
Langkah-langkah mengajar dengan pendekatan konsep melalui 3 tahap yaitu,
1.         Tahap enaktik
Tahap enaktik dimulai dari:
·           Pengenalan benda konkret.
·           Menghubungkan dengan pengalaman lama atau berupa pengalaman baru.
·           Pengamatan, penafsiran tentang benda baru.

2.         Tahap simbolik
Tahap simbolik siperkenalkan dengan: Simbol, lambang, kode, seperti angka, huruf. kode, seperti (?=,/) dll. Membandingkan antara contoh dan non-contoh untuk menangkap apakah siswa cukup mengerti akan ciri-cirinya. Memberi nama, dan istilah serta defenisi.
3.         Tahap ikonik
Tahap ini adalah tahap penguasaan konsep secara abstrak, seperti: Menyebut nama, istilah, definisi, apakah siswa sudah mampu mengatakannya.

6)        Pendekatan Proses
Pendekatan proses merupakan pendekatan pengajaran yang memberikan kesempatan kepada siswa untuk menghayati proses penemuan atau penyusunan suatu konsep sebagai suatu keterampilan proses.
Pendekatan proses adalah pendekatan yang berorientasi pada proses bukan hasil. Pada pendekatan ini peserta didik diharapkan benar-benar menguasai proses. Pendekatan ini penting untuk melatih daya pikir atau mengembangkan kemampuan berpikir dan melatih psikomotor peserta didik. Dalam pendekatan proses peserta didik juga harus dapat mengilustrasikan atau memodelkan dan bahkan melakukan percobaan. Evaluasi pembelajaran yang dinilai adalah proses yang mencakup kebenaran cara kerja, ketelitian, keakuratan, keuletan dalam bekerja dan sebagainya.

7)        Pendekatan Sains, Teknologi, dan Masyarakat
Pendekatan Science, Technology and Society (STS) atau pendekatan Sains, Teknologi dan Masyarakat (STM) merupakan gabungan antara pendekatan konsep, keterampilan proses, Inkuiri dan diskoveri serta pendekatan lingkungan.
Istilah Sains Teknologi Masyarakat (STM) dalam bahasa Inggris disebut Sains Technology Society (STS), Science Technology Society and Environtment (STSE) atau Sains Teknologi Lingkungan dan Masyarakat. Meskipun istilahnya banyak namun sebenarnya intinya sama yaitu Environtment, yang dalam berbagai kegiatan perlu ditonjolkan. Sains Teknologi Masyarakat (STM) merupakan pendekatan terpadu antara sains, teknologi, dan isu yang ada di masyarakat. Adapun tujuan dari pendekatan STM ini adalah menghasilkan peserta didik yang cukup memiliki bekal pengetahuan, sehingga mampu mengambil keputusan penting tentang masalah-masalah dalam masyarakat serta mengambil tindakan sehubungan dengan keputusan yang telah diambilnya.
Filosofi yang mendasari pendekatan STM adalah pendekatan konstruktivisme, yaitu peserta didik menyusun sendiri konsep-konsep di dalam struktur kognitifnya berdasarkan apa yang telah mereka ketahui.

D.      Fungsi Pendekatan Dalam Pembelajaran
Fungsi pendekatan bagi suatu pembelajaran adalah :
1)        Sebagai pedoman umum dalam menyusun langkah-langkah metode pembelajaran yang akan digunakan.
2)        Memberikan garis-garis rujukan untuk perancangan pembelajaran.
3)        Menilai hasil-hasil pembelajaran yang telah dicapai.
4)        Mendiaknosis masalah-masalah belajar  yang timbul, dan
5)        Menilai hasil penelitian dan pengembangan yang telah dilaksanakan.[3]

E.       Relevansi  Metode dengan Bahan Pelajaran
Dalam proses  belajar  mengajar, seorang guru harus menyampaikan atau mengajarkan sesuatu  bahan  kepada murid. Bahan (subject matter) itu  biasanya  meliputi  pengetahuan, keterampilan, sikap dan  norma atau nilai-nilai yang diharapkan dimiliki dan diamalkan. Pada sebagian besar madrasah, terutama pada bila murid mengolh bahan itu masa silam dan bahkan sampai sekarang, kurikulum masih dalam bentuk subject matter dan sementara  itu dikalangan guru masih terdapat pandangan yang berbeda  terhadap kurikulum semacam itu.
Perbedaan pandangan terebut sebenarnya tidak perlu terjadi kalau kita memperhatikan tujuan sekolah atau madrasah pada umumnya. Madrasah bertujuan untuk membentuk pribadi muslim dengan memperlengkapi siswa  berbagai pengetahuan termasuk pengetahuan agama, dan keterampilan-keterampilan, jelaslah bahwa bahan pelajaran itu adalah sebagai alat yang sangat penting, yaitu alat untuk mencapai tujuan, alat yang digunakan oleh guru dan murid untuk tujuan yang suci yaitu pembentukan pribadi muslim. Hal ini dapat tercapai bila bahan pelajaran yang dipelajari disajikan dengan cara yang wajar dengan memperhatikan juga faktor murid dan situasi.  Bahan dipelajari secara wajar  bila murid mengolah bahan itu melalui proses penemuan, berpikir kreatif, kerja sama dan merealisasikan kemampuan diri sendiri.
Bahan pelajaran agam tidak diragukan lagi penuh mengandung nilai-nilai bagi pembentukan pribadi muslim tetapi kalau diberikan dengan cara yang kurang wajar misalnya anak disuruh menghafal secara mekanis apa yang disampaikan oleh guru atau yang terdapat di dalam buku-buku pelajaran, tidak musthil akan timbul pada diri anak murid rasa tidak senang pada pelajaran agama dan mungkin juga tidak senang  dengan guru agamanya. Oleh karena  bahan yang akan dipelajari mempunyai sifat berbeda satu dengan lainnya, maka untuk setiap jenis bahan memerlukan jenis belajar sendiri. Pada umumnya dikenal jenis bahan dan jenis belajar yang sesuai dengan nya, sebagai berikut:
1.        Bahan yang memerlukan pengamatan
Pengetahuan yang dimiliki oleh anak pada umumnya diperoleh melalui alat indra atau melalui pengamatan baik langsung maupun tidak langsung. Alat indra dalam hal ini memegang peranan yang penting, ketidak sempurnaan atau ketidak pekaan suatu alat indra akan menyebabkan pengamatan tidak sempurna dan hasil belajar menjadi berkumarang. Dalam Al-Qur’an banyak dijumpai ayat yang menyuruh kita mengamati ciptaan Allah misalnya surat yunus 5, yasin 38-40,  An-Nahl 66, Ar-Ra’d 4, As-Saba 18, Al- Fathir 11 dan sebagainya. Yang ditekankan pada bahan tersebut adalah segi pengetahuannya sedang untuk keterampilan melakukan shalat jum’at termasuk khatib memerlukan jenis belajar yang lain dan metode yang lain pula.
2.        Bahan yang memerlukan keterampilan atau gerakan tertentu
Untuk menguasai bahan sejenis ini seseorang terutama harus belajar secara motoris ( motor type of learning).  Mungkin jenis belajar melalui pengamatan perlu juga tetapi tidak sepenting belajar motoris.
Contoh :  bahan pelajaran tentang jenazah (mengafani jenazah) untuk menguasai keterampilan itu, guru harus membri kesempatan kepada murid melakukan serangkaian kegiatan yang berhubungan dengan gerakan-gerakan atau keterampilan- keterampilan  mengafani jenazah. Umapamnya  keterampilan mengukur, menggunting, mengikat dan membungkus, serta keterampilan membaca doa atau bacaan yang berhubungan dengan jenazah..
Contoh lain : bahan pelajaran membaca AL-Qu’ran dengan baik.
Metode yang relevan untuk bahan-bahan tersebut adalah metode demonstrasi dan driil.
3.        Bahan yang mengandung materi hafalan
Bahan pelajaran agama jenis ini termasuk cukup banyak dan segera  harus diketahui dan dihafalkan karena akan digunakan dalam beribadah dan beramal. Di samping itu juga untuk keperluan ujian khususnya external education. Untuk mempelajari  bahan hafalan, ini diperlukan jenis belajar menghafal (memory type of  learning). Belajar dengan menghafal  sering menimbulkan penyakit verbalisme yaitu anak tahu menyebutkan kata-kata, definisi, rumus dan sebagainya tetapi tidak dipahami. Penyakit lain yang sering dijumpai akibat belajar menghafal ini ialah intelektualitas pengusaan pengetahuan sebanyak-banyaknya. Dari buku pelajaran  tanpa menghubungkannya dengan realitas dalam kehidupan sehari-hari.
Untuk menghindarkan anak dari penyakit tersebut, perlu prinsip-prinsip sebagai berikut:
a)        Bahan yang akan dihafalkan hendaknya diusahakan agar dipahami benar-benar oleh anak.
b)        Bahan hafalan hendaknya merupakan suatu kebulatan (keseluruhan dan bukan fakta yang lepas.).
c)        Bahan  yang telah dihafal hendaknya digunakan secara fungsional dalam situasi tertentu.
d)       Active recall hendaknya senantiasa dilakukan.
e)        Metode keseluruhan atau metode bagian yang digunakan tergantung pada sifat bahan.
4.        Bahan yang mengandung unsur emosi
Dibandingkan dengan jenis belajar yang lain, jenis belajar emosi ini belum mendapatkan perhatian sebagaimana mestinya. Hal itu mungkin disebabkan oleh karena jenis belajar ini kurang dipahami dan pelaksanaan tidak mudah.
Contoh: Akhlak terhadap diri sendiri. Bahan yang akan dipelajari adalah sifat sabar, pemaaf, pemurah dan menjauhi sifat dendam  dan sebagainya.  Untuk mencapai sifat  tersebut guru harus mengusahakan agar anak memperoleh pengalaman sebanyak-banyaknya. Jadi dengan menggunakan  metode sosiodrama/ bermain peranan dan service project. Hal yang perlu diperhatikan  dalam  pelaksanaannya adalah:
a.         Harus ada pada anak suatu ide tentang sifat sabar, pemaaf dan sebagainya yang timbul karena pengalaman,  baik didalam kelas maupun luar kelas
b.        Timbulkan emosional pada diri anak,  yaitu ia merasa bahwa sifat itu baik atau tidak baik.
c.         Sifat-sifat itu harus dilatih, dilaksanakan dalam perbuatan[4]


PENUTUP
KESIMPULAN
Pendekatan pembelajaran merupakan cara kerja mempunyai system untuk memudahkan pelaksanaan proses pembelajaran dan membelajarkan siswa guna membantu dalam mencapai tujuan yang ditetapkan.
Pendekatan pembelajaran dapat berarti acuan pembelajaran yang berusaha meninggatkan kemampuan-kemampuan kognitif, afektif dan psikomotor siswa sehingga tercapai tujuan belajar.
Ada berbagai jenis pendekatan dalam pembelajaran, antara lain :
1.         Pendekatan Individual
2.         Pendekatan Kelompok
3.         Pendekatan Bervariasi
4.         Pendekatan Edukatif
5.         Pendekatan pengalaman
6.         Pendekatan Pembiasaan
7.         Pendekatan Emosional
8.         Pendekatan Rasional
9.         Pendekatan Fungsional
10.     Pendekatan Keagamaan
11.     Pendekatan kebermaknaan

Tipe-tipe pembelajaran, antara lain :
1.         Pendekatan Kontekstual
2.         Pendekatan Pembelajaran Konstruktivisme
3.         Pendekatan Pembelajaran Deduktif
4.         Pendekatan Pembelajaran Induktif
5.         Pendekatan Pembelajaran Proses
6.         Pendekatan Pembelajaran Konsep
7.         Pendekatan Pembelajaran Sains, Teknologi dan Masyarakat

Bahan pelajaran agam tidak diragukan lagi penuh mengandung nilai-nilai bagi pembentukan pribadi muslim tetapi kalau diberikan dengan cara yang kurang wajar misalnya anak disuruh menghafal secara mekanis apa yang disampaikan oleh guru atau yang terdapat di dalam buku-buku pelajaran, tidak musthil akan timbul pada diri anak murid rasa tidak senang pada pelajaran agama dan mungkin juga tidak senang  dengan guru agamanya. Oleh karena  bahan yang akan dipelajari mempunyai sifat berbeda satu dengan lainnya, maka untuk setiap jenis bahan memerlukan jenis belajar sendiri. Pada umumnya dikenal jenis bahan dan jenis belajar yang sesuai dengan nya, sebagai berikut:
1)      Bahan yang memerlukan pengamatan
2)      Bahan yang memerlukan keterampilan atau gerakan tertentu
3)      Bahan yang mengandung materi hafalan
4)      Bahan yang mengandung unsur emosi















DAFTAR PUSTAKA
Ali, Muhammad, 1998, Guru dalam Proses Belajar Mengajar, Bandung : Sinar Baru

Bahri Djamarah, Syaiful , 1997, Strategi Belajar Mengajar, Jakarta: PT. Rineka Cipta

Daradjat, Zakiah, 1996, Metodologi Pengajaran Agama Islam, Jakarta: Bumi Aksara



[1] M. Ali, Guru dalam Proses Belajar Mengajar, (Bandung : Sinar Baru, 1998), Hal. 78
[2] Syaiful Bahri Djamarah,  Strategi Belajar Mengajar, ( Jakarta: PT. Rineka Cipta, 1997), Hal. 120-128
[4] Zakiah Daradjat, dkk, Metodologi Pengajaran Agama Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 1996) Hal 262-265

Tidak ada komentar:

Posting Komentar